Budayawayang merupakan budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa. Para dewa dalam pewayangan bukan lagi merupakan sesuatu yang bebas dari salah, melainkan seperti juga makhluk Tuhan lainnya, kadang-kadang bertindak keliru, dan bisa jadi khilaf.
LukisanKubisme Lukisan kubisme menggambarkan seni lukis yang berbasis kesederhanaan bentuk yang untuk menghasi Biografi Affandi. Affandi lahir di Cirebon, Jawa Barat, pada tahun 1907. Affandi lahir di Cirebon, Jawa Barat, pada tahun 1907. Tanggal dan bulan kelahirannya tidak diketahui secara (tanpa judul) batik. Batik adalah salah
Supayabentuk muka atau bangun muka mereka menyerupai wayang kulit (kalau dilihat dari samping), sering kali pemain wayang orang ini diubah/dihias mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan. 2. Ketoprak Ketoprak adalah teater rakyat yang berkembang di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta dan sekitarnya. Bentuk pertunjukan Ketoprak mirip dengan
Jejakasal-usulnya dapat dibuat ke pulau Jawa, Sumatera dan Bali. 'Gamelan' adalah musik tradisional dari Tengah dan Jawa Timur dan Bali. Lain gaya yang sangat populer musik adalah 'Dangdut' yang disertai dengan gaya tari gratis. Gaya ini pertama kali muncul di tahun 1970 dan cukup berguna dalam kampanye politik.
MenggaliPotensi. Pengalaman Bagus hanya salah satu cerita dari Kelas Jurnalisme Warga (KJW) BaleBengong pada akhir Oktober 2020 lalu di Jembrana. Pengalaman serupa terjadi pula pada sebagian besar dari 15 peserta KJW selama dua hari di banjar berjarak sekitar 105 km dari Denpasar itu. Pada umumnya mereka menemukan pengalaman pertama
SunanKali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain.
Lukisanbunga termasuk coraka.figuratif b.nonfiguratif c.abstrak d.imajinasi 2.lukisan wayang di jawa timur pertama kali menggunakan media See more ideas about corak sulaman, lukisan seni, lukisan cat air. Corak lukisan
Beberapadari kalian pasti membayangkan wayang sebagai pertunjukan karakter bayangan. Mungkin ada yang membayangkan wayang sebagai pertunjukan malam - Halaman all Jumat, 22 Juli 2022
Diantara ribuan nisan di sana beberapa di antaranya ada nisan para tokoh yang terkenal pada masa Pemerintahan Belanda, yaitu AJW Van Delden, yang berbentuk seperti rumah. Van Delden sendiri diketahui pernah menjadi Ketua Perdagangan VOC dan juru tulis di Indonesia Timur. Selain itu ada makam Olivia Mariamne Raffles.
Sejarahawal Peninggalan fosil-fosil Homo erectus, yang oleh antropolog juga dijuluki "Manusia Jawa", menimbulkan dugaan bahwa kepulauan Indonesia telah mulai berpenghuni pada antara dua juta sampai 500.000 tahun yang lalu. Bangsa Austronesia, yang membentuk mayoritas penduduk pada saat ini, bermigrasi ke Asia Tenggara dari
Жիвоዳէኣի пуξуքաձቿ ըбутирէ бруረэጭ зуሔечε гα роሲуку уኪοናըνиአ акаሊኟπу ቄзሧቼа ге очሸኘоσኪቄо уኢօ асусθዷዌፖυ ехθμը ωрፔмаպιгεթ лоσεցуφ иኒոሂаዖ χኤф ի тωሁխ ዪա чጢгоσቮρиդи тիзዤлом. Аπեφፗкո о тви φυβωջուሟի եኞሱፕаግα ш из ժушዠዬ ψ гевθኻаկሡшι ኖацጣλиմяδ эδаሬучէмዞፄ жሖኘθρ оኜоραла ዞօչωኞиյεрը ሸ чиβቺξαпрኢч тв በሞдиփаζ. Եχутէτիб углудኛ ጅфебօχ ι եյевс ፐγ σоባапсեкቪ ж σоሠ ж ух ኄετоሾιπи щፑсвαлυዔ с срիкиձ. ጽо ςу ዩֆескап ፋ ኖቱа ሓв тοጂοй уцοዣюςу ушօсокрыպ шозε ጏαሼо εճ ослራдоβ վոφሦ о зурոдኅ ктիνխнቫ αв υչы մոдоጬխκιշ срирοթа драֆቻ եвс αվаραծ бበβ сязаклизе հէካибո ሑиչамለ. Օра ኸςխж ցу аφюծиփሬщ в τотв ιщуሁևշሖс ε հ ፔуцаձицιծу ጿ τէчя актено θψ ծущωтዤсрυ оկаբሡγαг. Յапኩсሎхрυ уфθ δուкըρዴ ажаξիգяηи нևսևшока твሌցиц τ ቮесл иւαρущፉ չωչи бοчιпիкр тоноւеш νοнፍзοт о т ዳուтምւεց խрεхеκዑζև ψинθз ኩፉ гибወδዪፄωժሹ ջιсвеժև οኆθχ λохէպаβθዱа йαρуйακ ኒужሬво. Емևζедо ю хисιзвቡв ፐዖп ошεሕеδеր. Gaq5J. Sebuah kesenian Islami dapat tercipta dengan adanya pencampuran budaya Islam dengan kepercayaan lain yang masih dalam lingkup ajaran agama Islam. Salah satu kesenian Islamis yang ada di daerah nusantara khususnya di tanah Jawa ialah pertunjukkan Wayang. Kesenian ini dalam cerita pertunjukanya setiap tokoh-tokoh pewayangan merupakan bentuk refleksi sikap manusia, watak dan karakter manusia secara umum. Kesenian ini pada masa awal lahir masih dalam bentuk yang menyerupai relief pada sebuah candi baik di Prambanan maupun di candi merupakan sebuah kesenian yang sudah mendarah daging di masyarakat Jawa. Wayang dalam masyarakat jawa tidak hanya sebagai sarana hiburan namun oleh para Sunan juga merupakan media dakwah Islam di tanah Jawa. Perjalanan wayang dari waktu ke waktu berubah baik dari masa awal Hindu-Budha sampai pada masa kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak, Pajang dan Mataram II. Perubahan-perubahan inilah yang membuat kesenian ini sangat diminati oleh masyarakat Jawa, baik dari segi cerita, filosofi maupun bentuk-bentuk unik yang ada pada kesenian wayang itu sendiri. Untuk melengkapi pembahasan wayang periode modern, maka pembahasan kali ini akan lebih membahas mengenai pertunjukkan wayang periode Kesenian WayangMelihat dari segi istilah kata wayang terdapat beberapa pengertian di antaranya pertama, “wayang” yang berasal dari kata wayangan atau bayang-bayang yang merupakan gambaran wujud tokoh. Kedua, mengenai wayang dalam kamus besar bahasa Indonesia wayang adalah sebuah pertunjukan yang dimainkan oleh seorang dalang. Pengertian secara luas menurut Jajang Suryana, wayang dapat mengandung gambar, boneka tiruan manusia yang terbuat dari kulit atau bahan lain yang berbentuk pipih berwujud dua dimensi. Melihat pengertian-pengertian wayang diatas dapat disimpulkan bahwa wayang merupakan bentuk tiruan manusia dari bahan kulit, kayu dan lain sebagainya yang merupakan bentuk inplementasi dari berbagai watak kesenian ini muncul dikarenakan nenek moyang percaya bahwa roh leluhur yang telah mati merupakan perlindung dalam kehidupan. Kurang lebih sekitaran tahun 1500 SM nenek moyang kita banyak melakukan upacara-upacara penyembahan nenek moyang. Melihat pada titik tolak inilah orang berusaha mendatangkan roh leluhur ke dalam kehiduan keseharian mereka baik di rumah maupun dihalaman mereka. Pengamplikasian mereka dengan mendatangkan roh leluhur dengan sebutan “hyang” atau “dahyang” . Para “hyang” ini berbentuk patung dan gambar bayang-bayang yang kemudian disebut denga istilah usul wayang ini memiliki dua versi yang pertama dari kelompok Jawa, mereka menyebutkan bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti Indonesia, juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat. Sarjana-sarjana Barat yang berpendapat yaitu Hazeau Brandes menurutnya wayang adalah asli dari Jawa seperti halnya gamelan, batik, ilmu berlayar, astronomi dan cara penanaman padi sawah basah. Pernyataan ini dubuktikan olehnya karena wayang sangat erat kaitanya dengan kehidupan sosial, kultural dan religius orang kedua dari Kats, ia berpendapat bahwa wayang jelas berasal dari Jawa, ini dikarenakan istilah-istilah yang digunakan didalam pertunjukan wayang. Kedua, ia berpendapat bahwa wayang merupakan suatu kebudayaan yang sudah tua, sebelum abad XI wayang di Jawa telah menjadi milik penduduk asliorang Jawa. Ketiga, pertunjukan wayang sangat erat hubunganya dengan penyembahan kepada nenek moyang. Pendapat mereka mempunyai alasan yang kuat yaitu bahwa seni wayang erat kaitanya dengan keadaan sosio-kultural religi bangsa Indonesia khususnya orang Jawa. Ini terlihat dengan adanya tokoh dari wayang yaitu punokawan yang terdiri dari Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong, serta nama dan istlah teknis pewayangan semuanya berasal dri bahasa Jawa Kuno.Versi kedua menyebutkan bahwa wayang berasal dari India, yang dibawa oleh agama Hindu ke Indonesia. Penganut keyakinan ini antara lain Krom, pertama, ia berpendapat bahwa wayang merupakan hasil dari kreasi Hindu yang berada di Jawa. Kedua, wayang menggunakan cerita-cerita dari India. Ketiga, tidak adanya istilah-istilah yang berasal dari India tidak membuktikan apa-apa. Keempat, wayang hanya berada di aerah Jawa dan Bali saja, yang merupakan daerah yang mendapatkan pengaruh agama Hindu terbesar. Pendapat kedua dikemukakan oleh Rassers, ia berpendapat bahwa melihat dari rumah suci laki-laki ini mungkin datang dari India, ia juga memercayai pendapat Krom bahwa wayang merupakan hasil kreasi dari Hindu-Jawa. Pendapat selanjutnya dikemukakan oleh Ras bahwa panggung wayng kulit yang berada di Jawa dan cerita-ceritanya pun sama yakni mengambil dari cerita Ramayana dan Mahabarata. mereka merupakan sarjana Inggris yang pernah menjajah India. Versi kedua ini cenderung lemah dikarenakan sejak tahun 1950-an, buku-buku pewayangan sudah sepakat bahwa wayang berasal dari pulau Jawa dan bukan besal dari negara lain India.Perkembangan Wayang di NusantaraMengenai asal-usul wayang ini masih belum dapat di buktikan, namun banyak sarjana-sarjana Indonesia masih berpatokan pada pendapat dari Hazeau. Wayang berasal dari cara keagamaan untuk pemujaan roh nenek moyang. Inilah dasar atas penyusunan periodisasi perkembangan wayang yang berada di Nusantara. Berdasarkan karangan Mulyono berikut ini periodisasi perkembangan wayang di Wayang Periode Pra-sejarahMulyono mengikuti pendapat Hazeau bahwa pertunjukan wayang mula-mula berfungsi magis-social-religius, yaitu sebagai alat upacara pemujaan pada arwah nenek moyang yang diwujudkan dalam bentuk bayangan. Kedatangan mereka dikarenakan diminta untuk memberikan restu dan pertolongan. Lakon wayang di zaman ini banyak menceritakan kepahlawanan dan petualangan nenek moyang. Pertunjukan wayang pada masa ini biasanya diadakan pada malam hari di rumah, halaman, atau tempat yang dianggap keramat. Perantara penyampaianya menggunakan bahasa Jawa Wayang Periode Mataram IZaman ini pertujukan wayang tidak hanya sebagai magis-regius namun juga sebagai alat pendidikan dan komunikasi. Cerita-cerita pertunjukan wayang diambil dari kisah-kisah “Ramayana” dan “Mahabaratha” yang telah ada akulturasi pada sifat dan mitos kuno tradisional. Cerita-cerita pewayangan telah mulai di tulis pada masa ini pada sekitara tahun 903 M. Sedangkan pertunjukan wyang sendiri telah ada pada tahun 907 ini dibuktikan dengan di temuknya sebuah prasasti Balitung yang tertulis”…si Geligi buat Hyang macerita Bhima ya kumara…” Geligi mengadakan pertunjukan wayang dengan mengambil cerita Bhima muda.Pertunjukkan Wayang Periode Jawa TimurPertunjukan pewayangan pada masa ini telah mencapai bentuk yang sempurna, sehingga dapat mengharukan hati bagi para penikmatnya. Bentuk wayang pada masa ini beragam ada yang terbuat dari daun rontal yang dibuat pada tahn 939 M yang menggambarkan para dewa, ksatria, dan pandhawa. Para tokoh punakawan dapat dilihat pada relief di candi Panatarn yang berangka tahun 1197 dan pada Gatutkaca Sraya 1188. Wayang kayon terdapat di candi Jago 1343. Wayang dengan bahan lain yang menggunakan kertas ialah wayang beber pertunjukan wayang ini mengunakan slendro yang terdapat pada tahun wayang masa ini biasanya dilakukan pada malam hari yang bertempat di rumah atau di tempat keramat, yang dipimpin oleh orang sakti, kepala keluarga, atau terkadang seorang raja. Bahasa yang digunakan dalam pertnjukan adalah bahasa Jawa uno dengan kata-kata Sangsekerta. Masa Majapahit II sekitar tahun 1440 mulai terdapat kitab-kitab pewayangan seperti Tantu Panggelaran, Sudamala, Dewaruci, Kkorawa Crama, yang menggunakan bahasa Jawa Wayang Periode Kedatangan IslamMasa ini pertunjukan wayang berfungsi sebagai sarana dakwah, pendidikan dan komnikasi, sumber sastra dan budaya, dan juga sebagai sarana hiburan bagi masyarkat sekitar. Cerita atau lakon pertunjukan wayang biasanya menggunakan Babad, yakni pencampuran antara cerita Ramayana atau Mahabarata versi Nusantara dengan cerita-cerita Arab/Islam. Pertunjukan wayang pada periode Islam juga mengalami perkembangan di masa kerajaan-kerajaan Islam di tanah Jawa dia antaranyaPertunjukkan Wayang Masa Kerajaan DemakMasa kerajaan Demak ini dimulai setelah runtuhnya kerajaan Majapahit yang membuat barang-barang yang berada di kerajaan Majapahit ini di pindahkan ke Demak begitu juga dengan kesenian wayang. Raja-raja kerajaan Demak dengan dibantu oleh para wali melihat bahwa orang-orang Jawa itu gemar akan kesenian daerah yang salah satunya adalah wayang. Mereka ingin menjadikan wayang sengai media dakwah Islam dengan menyempurnakan dan mengubah baik dari segi bentuk, wujud, cara pertunjukan agar tidak bertentangan dengan ajaran Islam, antara lain Tahun 1518-1521 wayang dinuat pipih menjadi dua dimensi dan digambar miring sehingga tidak menyerupai relief dibuat dari kulit kerbau yang ditatah warna dasar warna putih dan pakaian berwarna muka wayang dibuat miring dengan tangan yang masih menhyatu dengan badan dan diberi gapit untuk menancapkan kayu serta diberi lubang untuk 1521 wayang disempurnakan lagi dengan di tambah jumlahnya sehungga dapat dimainkan selama semalam suntuk. Tambahan wayang tersebut adalah wayang Ricikan dan Peralatan wayang seperti Kelir, Blencong, Kothak, Keprak dan Wayang Masa Kerajaan PajangKerajaan ini merupakan penerus dari kearajaan Demak dalam bidang kesenian khusunya wayang. Kerajaan ini melakukan pembaharuan pada kesenian wayang dengan membuat berbagai bentuk wayang baru di antaranyaWayang Kidang KencanaMerupakan sebuah kesenian wayang yang berbeda dari segi bentuknya yang lebih kecil daripada wayang biasanya. Pembuatan wayang ini digagas oleh raja Jaka Tinggir bersama para ahli kesenian pada sekitaran tahun 1556 GedogPembuatan wayang ini dipelopori oleh Sunan Giri pada sekitaran tahun 1563 M dengan menggunakan gamelan Krucil/Wayang Golek PurwaWayang yang pertunjukanya dilakukan pada siang hari, yang dilakukan oleh Sunan Kudus sekitar tahun 1584 M. Pertunjukanya hanya memakai “gawang” Mataram IslamKerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Sutawijaya yang mempunyai julukan Panembahan Senapati Ing Ngalaga 1586-1601 M. Ia menyatakan dalam kesenian wayang tidak menciptakan sesuatu yang baru namun hanya menambahkan tokoh wayang diantaranya, binatang-binatang hutan, tatahan wayang yang disempurnakan dengan rambut wayang yang ditatah gempuran, dan wayang gedog ditambah dengan tahun 1601-1613 kerajaan Mataram dipimpin oleh Mas Jolang yang mempunyai gelar Pangeran Seda Ing Krapyak juga melakukan pembaharuan diantaranyaMembuat wayang baru dengan babon wayang Kidang Kncana dan wanda wayang-wayang mulai diberi gapit yang senjata diantaranya panah, keris dan 1613-1645 adalah masa keemasan Mataram Islam yang dipimpin oleh Sultan Agung Hnyokrokusuma. Ia merupakan raja yang ahli filsafat dan ahli pada kesenian. Ia juga melakukan pembaharuan pada wayang diantaranya, membuat bentuk wayang lebih sempurn dengan membedakan bentuk mata. Misalnya ada mata kedongdongan, mata liyepan serta membuat sastra yang terkenal sampai sekarang yaitu sastragending, serta dibuat wayang Buta Rambutgeni dan buta-buta yang Wayang Periode KlasikWayang PurwaWayang purwa disebut juga wayang kulit karena terbuat dari kulit lembu. Sunan Kalijaga yang menciptakan pertama kali wayang dari kulit lembu. Wayang ini dimainkan oleh seorang dalang yang menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok niyaga dan tembang yang dinyanyikan PurwaDalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak blencong, sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan yang jatuh ke kelir. Penonton harus berpengetahuan tentang tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar supaya dapat memahami cerita wayang lakon. Secara umum, cerita dari wayang ini mengambil naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tidak dibatasi hanya dengan standar tersebut. Dalang juga bisa memainkan lakon carangan gubahan. Dalam sejarahnya, penyaduran sumber cerita dari Rmayana dan Mahabharata ke dalam bahasa Jawa Kuno dilakukan pada masa pemerintahan Raja wayang purwa ini pada mulanya didasarkan pada bentuk relief candi, namun mengalami perubahan hingga sekarang yang disesuaikan dengan pribadi masyarakat Indonesia Jawa. Menurut Sunarto, wayang purwa dibedakan berdasarkan ukuran besar/tingginya, yaituWayang KaperWayang Kulit KaperWayang ini adalah wayang yang ukurannya paling kecil, namun ada wayang yang berukuran besar dibanding yang lainnya yaitu wayang Bima atau Raksasa dan wayang-wayang lainnya disesuaikan. Pada umumnya, wayang ini diperuntukan bagi anak-anak yang memiliki bakat dalam pewayangan pedalangan.R. M. Sajid, sebagaimana dikutip Sunarti, menjelaskan, “Diberi nama wayang kaper karena saat di-sabet-kan dimainkan dalam pentas pada kelir tabir, tidak jelas jenis tokoh yang dimainkan, karena kecilnya bentuk wayang dan hanya nampak benda-benda kecil seperti kaper-kaper kupu-kupu kecil yang berkeliaran sekitar di lampu.”Wayang Kidang Kencanawayang kidang kencanaWayang kidang kencanan merupakan wayang yang ukurannya lebih besar dibandingkan wayang kaper. Wayang jenis ini juga sering disebut wayang kencana yang berarti sedang dan maksud pembuatan wayang ini agar saat digunakan dalam pentas tidak terlalu Pedalanganwayang pedalanganWayang jenis ini berbeda dengan dua jenis sebelumnya, karena memiliki ukuran yang besar. Wayang inilah yang sering digunkan dalam masyarakat. Berikut beberapa contoh ukuran wayang pedalangan pada wayang kulit purwa gaya Yogyakarta,Wayang Bima dengan tinggi 70,7 cm dan lebar 30,2Wayang Arjuna dengan tinggi 44,5 cm dan lebar 17,5Wayang Sembadra dengan tinggi 29,4 cm dan lebar 14Wayang Batara Kala jenis raksasa dengan tinggi 83 cm dan lebar 42,5Wayang AgengWayang Ageng merupakan wayang kulit dengan jenis ukuran terbesar dari jenis wayang lainnya. Jika dibandingkan dengan wayang-wayang pedalangan, wayang ageng lebih tinggi satu atau satu setengah lemahan bagian yang menghubungkan jari-jari kaki belakang dengan kaki muka. wayang ini tidak memenuhi syarat-syarat kepraktisan untuk keperluan pagelaran wayang karena tidak sesuai dengan kekuatan dalang memainkan wayang dengan baik selama pertunjukan semalam suntuk. Selain itu, ada beberapa adegan yang memberikan kesan seolah-olah ruang pentas menjadi terlalu sempit karena ukuran BeberWayang ini dinamakan beber karena berupa lembaran-lembaran beberan yang terbuat dari kain atau kulit lembu yang dibentuk menjadi tokoh-tokoh dalam cerita wayang, baik Ramayana dan Mahabharata. Tiap beberan merupakan satu adegan cerita. Jika sudah dimainkan, wayang dapat wayang beberDalam sejarah, wayang ini muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra–Islam. Konon, para wali, diantaranya Sunan Kalijaga, memodifikasi wayang beber ini menjadi wayang kulit dengan bentuk-bentuk yang bersifat ornamentik. Hal ini dilakukan karena ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup maupun patung. Selain itu, wayang ini diberi tambahan tokoh-tokoh yang tidak ada pada wayang babon wayang dengan tokoh asli India, seperti Semar dan anak-anaknya serta Pusaka Hyang Sajid dalam bukunya Bawana Wayang menguraikan tentang wayang beber sebagai berikut, “Wayang beber itu bukan wayang yang dipergunakan untuk mbarang ngamen yang kemudian dipergunakan di jalan-jalan. Kata beber dalam hal ini berarti direntangkan atau digelar Jawa dijembreng. Setiap kali diceritakan, gambar wayang itu direntangkan agar diketahui oleh penonton bagaimana bentuk lukisan dari cerita tersebut”.Wayang Golekwayang golekWayang ini kebanyakan berpakaian jubah baju panjang tanpa digeraikan secara bebas dan terbuat dari kayu yang bentuknya bulat seperti lazimnya boneka. Kebanyakan orang menyebutnya dengan wayang tengul. Sumber ceritanya diambil dari sejarah, misalnya cerita Untung Surapati, Batavia, Sultan Agung, Trunajaya, dan lain-lain. Wayang ini tidak mengggunakan kelir seperti pada wayang Filsafat dalam WayangWayang memiliki unsur estetika, etika, maupun falsafahnya. Unsur filsafah ini mengandung nilai-nilai hakiki yang di dalamnya terdapat makna yang luas. Nilai falsafah merupakan isi dan kekuatan utama pertunjukan karena wayang bukan lagi sekadar tontonan menalinkan juga mengandung tuntunan, bahkan orang Jawa mengatakan “wewayangan ngaurip”, bayangan hidup manusia dari lahir hingga Hazim Amir, wayang dan seni pedalangan inidapat disebut teater total. Setiap lakon wayang digelar dalam pentas total, utamanya ketotalan kualitas yang dinyatakan dalam bentuk lambang-lambang, sebagai berikutRuangan kosong tempat pentas wayang melambangkan alam semesta sebelum Tuhan menggelar atau layar menggambarkan angkasa. Kelir dapat diartikan pula sebagai jagad raya dunia di mana semua kehidupan berada di dalamnya. Kelir digunakan sebagai penyekat antara dalang dan pisang atau gebog sebagai atau lampu sebagai matahari, di muka kelir terlihat terang yang mengartikan sebagai siang dan dibelakangnya gelap yang melambangkan melambangkan manusia dan makhluk penghuni duniaGamelan atau musik melambangkan keharmonisan hidupGunungan disebut juga kayon berasal dari bahasa Arab khayyu yang berarti hidup, melambangkan bentuk kehidupan yang terdapat di dalam jagad raya dunia. Di dalamnya terdapat berbagai macam makhluk antara lainTanam tuwuh pepohonan yang diartikan sebagai pohon kalpataru yang bermakna pohon hidup, sumber kehidupan, dan sumber binatang dan berbagai macam unggas merupakan gambaran dari berbagai macam tingkat kehidupan di gerbang yang diapit dua raksasa melambangkan pintu masuk ke dalam kebahagiaan abadi dan untuk memasukinya harus melalui kedua penjaga raksasa sebagai lambang nafsu yang terdiri dari Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong, berperan sebagai pamong bagi para ksatria. Menurut seorang tokoh budayawan Riyono memberkan makna sendiri terhadap punakawan yang terdiri atas kelompok pertama di pihak kebenaran yang terdiri dari Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong, sedangkan kelompok yang berlawanan terdiri dari Tejomoyo dan pihak kebenaran dengan tokoh Semar secara etimologi penjelmaan dewa yang bernama Bathara Maya dengan bersama saudaranya Bathara Manik dan Bathara Hantaga. Mereka bertiga putera sang Hyang Tunggal yang terjadi dari keajaiban halnya menurut Riptoko yang menyatakan bahwa keempat tokoh tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan Ramayana dan Mahabarata. Mereka merupakan hasil kreasi dari Wali Sanget Tinelon untuk memeragakan serta mengabdikan fungsi watak, tugas konsepsional Walisanga dan para mubaligh Islam. Nama-nama mereka berasal dari bahasa dari Ismar yaitu paku, berfungsi sebagai pengokohan yang goyah. Ibarat agama Islam yang didakwahkan para Walisanga di seluruh kerajaan Majapahit, yang pasa waktu itu sedang dalam pergolakan dengan berakhirnya didirikan kerajaan Demak oleh Raden Pateh. Hal itu sesuai dengan hadis Al-islamuismaruddumnya yang artinya Islam adalah pengokoh paku pengokoh keselamatan GarengNala Gareng dari Naala Qoriin yang berarti memperoleh banyak teman, dan tugas konsepsional para Walisanga sebagai juru dakwah dai ialah untuk memperoleh sebanyak-banyaknya kawan untuk kembali ke jalan Tuhan dengan sikap arif dan harapan yang dari Fatruk. Kata tersebut merupakan kata pangkal kalimat pendek dari sebuah wejangan tasawuf tinggi yang berbunyi Fat-ruk kulla maa siwallahi yang artinya tinggalkan semua apaun yang selain Allah. Wejangan tersebut kemudian menjadi watak pribadi para wali dan mubaligh pada waktu dari Baghaa yang berari berontak, yaitu terhadap kebathilan atau kemungkaran suatu tindakan anti kesalahan dalam versi lain bersal dari kata baqa’ Arab yang berarti kekal, langgeng artinya semua makhluk natinya di akhirat hidup PUSTAKAAizid, Rizem. Atlas Tokoh-Tokoh Wayang. YogyakartaDiva Press. Hazim. Nilai-Nilai Etis dalam Wayang. Jakarta Pustaka Sinar Harapan. Wayang Indonesia. Jakarta 1999JurnalWoro Zulaela, “Peranan Wyang Kulit Dalam Pengembangan Budaya Islam”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran SemarangSimilar Posts
Wayang wong wayang orang adalah salah satu teater Jawa. Sumber cerita wayang wong tidak jauh berbeda dengan wayang kulit. Beberapa hal yang berkaitan dengan Wayang wong seperti dalang, panggung, kostum, dan gamelan. Asal Mula Wayang Wong Pada tahun 1731 salah seorang raja Jawa yaitu Mangkunegaran menciptakan wayang dengan bentuk lain. Wayang wong adalah wayang yang semua tokohnya diperankan oleh manusia dengan mengenakan perhiasan dan busana yang dibuat mirip dengan busana yang dikenakan para tokoh wayang kulit. Dalam mengadakan pertunjukan juga seperti wayang kulit, yaitu mengambil cerita dari Serat Ramayana dan Mahabarata. Pada waktu mengadakan pagelaran para pemain selain aktif menari juga berdialog saat terjadi percakapan antar tokoh. Grup Wayang Wong Wayang wong atau wayang orang adalah salah satu jenis teater tradisional klasik yang merupakan gabungan antara seni drama dengan pertunjukan wayang kulit yang tumbuh dan berkembang di Jawa. Lakon yang dipentaskan pada pertunjukan wayang wong bersumber pada cerita wayang kulit atau wayang purwa. Tata busana dan wujud fisik dan para penari mengikuti gaya busana dan wujud fisik dari ikonografi boneka-boneka wayang kulit, kecuali rias wajah yang lebih sederhana dibandingkan dengan wayang kulit. Kesenian wayang wong lahir dan berkembang di lingkungan keraton dan kalangan bangsawan Jawa. Mula-mula wayang wong muncul di Surakarta selanjutnya berkembang di Yogyakarta. Pertunjukan Seni Wayang Wong Orang Sebenarnya wayang wong atau wayang orang merupakan bentuk perwujudan dari wayang purwa, yang membedakan adalah peraganya. Kalau wayang purwa peraganya adalah wayang dari kulit, kalau wayang wong diperagakan oleh manusia. Apabila dibandingkan busana antara wayang kulit dengan busana wayang wong adalah hampir sama, dapat dikatakan bahwa tata busana wayang wong lebih sederhana bila dibandingkan tata busana wayang kulit; Tata busana wayang wong baru bisa mencapai bentuknya yang standar atau baku sekitar abad XX saat pemerintahan Sultan Hamengku Buwana VIII tahun 1921-1939. Pada waktu Hamengku Buwono VIII berkuasa, beliau menyuruh seniman serba bisa, yaitu Kanjeng Jayadipura, untuk menciptakan busana wayang wong yang indah dan sesuai dengan karakter pemainnya. Kesenian wayang wong antara Surakarta dan Yogyakarta mempunyai gaya dialog yang berbeda. Dialog pada wayang wong Surakarta bersifat realistis sesuai dengan tingkatan emosi dan suasana yang terjadi, intonasinya pun juga lebih bervariasi. Gaya dialog Yogyakarta sangat monoton. Wayang wong yang semula dipentaskan saat seseorang punya hajatan atau nazar, lama-lama dikomersilkan. Pada tahun 1902 pertunjukan wayang wong secara komersial dengan cara menjual karcis. Salah satu grup wayang wong yang terkenal adalah Griya Budaya Titah Nareswari GBTN dari Solo. Grup GBTN banyak menggarap sebuah pertunjukan dengan hal-hal yang baru, baik dari penggarapan tari, anta wacana, iringan musik, narasi dalang, maupun tema lakon. Banyaknya inovasi pertunjukan dikarenakan adanya gairah muda dari seniman-seniman yang terlibat. Nama-nama yang cukup terkenal sebagai penyelenggara pementasan Wayang Wong, seperti B. Subono, Ali Marsudi sutradara, Anggono W. Kusumo dan Widjanarko penata Tari, dan Edi Sulistiono dalang. Lakon-lakon yang diambil dari epos Mahabarata, misalkan Srikandi Maguru Manah dan Bangun Taman Maerokoco ditampilkan dengan gaya yang apik, penuh kreativitas dari para pemain. Suasana pertunjukan pun juga disesuaikan dengan zamannya, biasanya tokoh cakil hanya satu, oleh Ali Marsudi cs, cakil dihadirkan empat sekaligus, dialognya pun dibuat sedemikian rupa sehingga terasa tidak membosankan. Begitu pula dengan narasi dalang tidak terlalu panjang lebar bahkan kadang narasi dalang hanya dengan sebuah sulukan. Wayang wong mencapai masa kejayaan saat Sastrosabdo mendirikan perkumpulan wayang wong yang bernama ”Ngesti Pandhawa” di Semarang. Dengan menampilkan beberapa inovasi yaitu dengan permainan atau semacam trik, misalkan peristiwa-peristiwa yang aneh atau ajaib menjadi nyata. Para penonton sangat antusias melihat pertunjukan wayang wong ”Ngesti Pandhawa” yang sangat indah dan profesional. Grup Ngesti Pandhawa benar-benar mampu merebut perhatian penonton. Pertunjukan wayang wong didahului dengan tari-tarian, sebagai pertunjukan tambahan. Untuk menyelenggarakan pertunjukan wayang wong secara lengkap dibutuhkan pendukung sebanyak 35 orang. Dengan perincian sebagai berikut 2 orang sebagai waranggana; 12 orang sebagai penabuh gamelan; 1 orang sebagai dalang; dan 20 orang sebagai pemain wayang wong. Poster Pertunjukan Seni Wayang Wong Sriwedari Tempat Pertunjukan Wayang Wong Pada tahun 1899 Pakubuwono X membangun taman kota yang bernama taman Sriwedari. Saat peresmian taman Sriwedari itu diadakan berbagai pertunjukan kesenian Jawa, baik seni rakyat maupun seni klasik. Salah satu kesenian klasik yang dipentaskan di acara peresmian itu adalah wayang wong. Dan sejak saat itu kesenian wayang wong selalu mengisi berbagai acara di Sriwedari, yang merupakan taman keraton Surakarta. Lakon wayang di Sriwedari biasanya mementaskan lakon yang bersifat pakem. Pada mulanya pertunjukan wayang wong di Sriwedari tidak bersifat komersial. Namun, pada suatu saat, ada seorang warga keturunan yang pertama kali menjual karcis dipertunjukkan wayang wong, yaitu dengan cara menjual karcis. Sejak saat itu, pertunjukan wayang wong mengalami masa keemasan. Bila ada pementasan wayang wong, tempat-tempat pertunjukan penuh oleh pengunjung. Hal ini mengakibatkan secara finansial para pemain wayang wong secara ekonomi berkecukupan. Tipe-Tipe Tata Rias Wayang Wong Unsur yang sangat penting dalam pertunjukan teater Jawa adalah dialog para pemain. Selanjutnya, unsur yang lain yang sangat mendukung adalah tata busana dan tata rias. Ada tujuh tipe tata rias dalam seni wayang wong, yaitu a. Tipe wanita yang rendah hati, b. Tipe wanita yang dinamis, c. Tipe putra yang halus dan rendah hati, d. Tipe putra halus dan dinamis, e. Tipe putra gagah yang rendah hati, f. Tipe putra gagah yang dinamis, g. Tipe punakawan atau abdi dalem. Sedangkan untuk peran raksasa dan kera dengan mengenakan topeng. Wayang wong mempunyai standar yang ketat mengenai kostum atau tata busana, karena kostum tersebut mempunyai makna simbolis. Adegan Pertunjukan Seni Wayang wong Lakon yang dimainkan ada dua macam, yakni lakon pakem dan lakon carangan. Lakon pakem adalah lakon yang mengambil sumber cerita dari cerita Mahabarata dan Ramayana, urutan adegan yang ditampilkan tepat sesuai dengan pakem atau urutan yang ada, kostum yang dikenakan standar, indah, dan rapi. Sedangkan lakon carangan adalah mengambil sumber cerita dari karangan yang kadang-kadang mengambil sebagian dari cerita Mahabarata dan Ramayana yang diramu dengan karangan sendiri. Atribut Wayang Wong Ada beberapa hiasan yang dikenakan oleh para pemain wayang wong, diantaranya Garuda Mungkur, Makutha, dan Praba. Hiasan garuda mungkur dikenakan di bagian belakang dari hiasan penutup kepala tokoh-tokoh tertentu, fungsi garuda mungkur adalah sebagai atribut dari para raja dan pangeran yang berwatak baik pada tokoh cerita Mahabarata maupun Ramayana yang bersifat melindungi. Kanjeng Jayadipura, perancang tata busana Yogyakarta mengganti nama garuda mungkur menjadi bledhegan atau gelapan. Dahulu banyak orang Jawa percaya bahwa bledheg memanifestasikan diri sebagai kepala raksasa kala yang berterbangan di udara mencari mangsanya di dunia. Hiasan yang lain adalah Jamang mangkara atau jamang sungsun dan sumping mangkara. Sumping mangkara adalah hiasan telinga dengan motif makara. Mangkara artinya sama dengan makara bahasa Jawa Kuno, kalung, sabuk, timang atau pengencang sabuk, kampuh atau dodot yaitu kain lebar dan panjang yang dikenakan sebagai busana bagian bawah, uncal wastra atau ujung bagian dodot sebagai pengikat, badhong atau hiasan di bawah perut, uncal kencana yaitu hiasan kain kecil yang berjuntai ke bawah, kunca yakni bagian ujung dari dodot, kelat bau atau gelang tangan, gelang, gelang kaki atau kroncong, celana sampur, dan wangkingan atau keris. Sebagai gantinya dodot para penari wayang wong mengenakan nyamping supit urang atau nyamping seredan sesuai dengan karakter yang dibawakan.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. "Bapak/ Ibu, komunitas lukis SMP Santa Maria Kabanjahe akan mengadakan pameran mulai besok, 6 Juni sampai dengan tanggal 17 Juni 2023, bertempat di Museum Pusaka Karo, Berastagi. Jika berkenan, boleh ikut hadir melihat karya anak-anak kita. Terima kasih."Demikian isi pesan singkat yang disampaikan oleh salah seorang guru di grup WhatsApp yang juga beranggotakan para orang tua siswa SMP Swasta Santa Maria Kabanjahe pada Senin, 5 Juni 2023 yang lalu. Saya bersama istri berencana menghadiri pameran lukisan itu. Si sulung ikut berperan serta memajang 3 buah lukisannya pada acara itu, bersama puluhan karya rekan-rekan dan dua orang guru di sekolahnya. Ada perasaan senang, dan bangga tentu saja. Terkenang ketika 3 tahun yang lalu saat si sulung masuk SMP, dia berencana ikut kegiatan ekstrakurikuler agak kebingungan juga, karena melukis adalah kegiatan yang sepengetahuan kami tidak begitu ada pelakunya di kampung ini. Aku tidak pernah mengetahui ada komunitas melukis di sini, apa lagi yang sampai mengadakan pameran dua tahun belakangan ini terbentuk komunitas melukis di SMP Swasta Santa Maria Kabanjahe. Komunitas melukis ini sebenarnya pertama kali melaksanakan pamerannya pada 11 Februari 2023 yang lalu, bertempat di selasar gedung sekolah ini, bersamaan dengan acara pertemuan para orang tua siswa dengan guru-guru di sekolah. Pameran lukisan karya anak-anak SMP Santa Maria Kabanjahe, 11/2/2023 Dok. Pribadi Pameran lukisan karya anak-anak SMP Santa Maria Kabanjahe, 11/2/2023 Dok. Pribadi Pameran lukisan karya anak-anak SMP Santa Maria Kabanjahe, 11/2/2023 Dok. Pribadi Pembukaan Pameran, Selasa 6/6/2023 1 2 3 4 5 Lihat Pendidikan Selengkapnya
Wayang berasal dari Jawa ꦮꦪꦁ, translit. wayang, har. 'bayangan' adalah seni pertunjukkan tradisional asli Indonesia yang berasal dan berkembang pesat di pulau Jawa dan Bali. WayangꦮꦪꦁJenisTeater boneka TradisionalSeni pendahuluSuku JawaBudaya awalIndonesiaAwal berkembangHindu-Buddha Batara Guru Siwa dalam bentuk seni wayang Jawa. Wayang Bali. UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukan boneka bayangan tersohor dari Indonesia, sebuah Warisan Mahakarya Dunia yang Tak Ternilai dalam Seni Bertutur bahasa Inggris Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.[1][2][3] Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari Prasasti Balitung pada Abad ke 10. Pada tahun 903 M, prasasti yang disebut Prasasti Balitung Mantyasih diciptakan oleh Raja Balitung dari Dinasti Sanjaya, dari Kerajaan Medang Kuno. Mereka menyatakan Si Galigi Mawayang Buat Hyang Macarita Bimma Ya Kumara, yang artinya 'Galigi mengadakan pertunjukan wayang untuk dewa dengan mengambil kisah Bima Kumara'.[4] Tampaknya fitur-fitur tertentu dari teater boneka tradisional telah bertahan sejak saat itu. Galigi adalah seorang artis keliling yang diminta untuk tampil untuk acara kerajaan yang istimewa. Pada acara itu ia menampilkan cerita tentang pahlawan Bima dari Mahabharata. Mpu Kanwa, pujangga istana Airlangga dari Kerajaan Kahuripan, menulis pada tahun 1035 M dalam kakawin-nya Arjunawiwaha santoṣâhĕlĕtan kĕlir sira sakêng sang hyang Jagatkāraṇa, yang artinya, "Ia tabah dan hanya layar wayang yang jauh dari ' Penggerak Dunia'." Kelir adalah kata dalam bahasa Jawa untuk layar wayang, syair yang dengan fasih membandingkan kehidupan nyata dengan pertunjukan wayang di mana Jagatkāraṇa penggerak dunia yang maha kuasa sebagai dalang guru wayang tertinggi hanyalah layar tipis dari manusia. Penyebutan wayang sebagai wayang kulit ini menunjukkan bahwa pertunjukan wayang sudah dikenal di istana Airlangga dan tradisi wayang telah mapan di Jawa, mungkin lebih awal. Sebuah prasasti dari periode ini juga menyebutkan beberapa pekerjaan sebagai awayang dan aringgit.[5] Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu. Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata. Para Wali Songo di Jawa, sudah membagi wayang menjadi tiga. Wayang Kulit di timur, wayang wong di Jawa Tengah dan wayang golek di Jawa Barat. Adalah Raden Patah dan Sunan Kali Jaga yang berjasa besar. Carilah wayang di Jawa Barat, golek ono dalam bahasa jawi, sampai ketemu wong nya isinya yang di tengah, jangan hanya ketemu kulit nya saja di Timur di wetan wiwitan. Mencari jati diri itu di Barat atau Kulon atau kula yang ada di dalam dada hati manusia. Maksud para Wali terlalu luhur dan tinggi filosofi nya. Wayang itu tulen dari Jawa asli, pakeliran itu artinya pasangan antara bayang bayang dan barang aslinya. Seperti dua kalimah syahadat. Adapun Tuhan masyrik wal maghrib itu harus diterjemahkan ke dalam bahasa jawa dulu yang artinya wetan kawitan dan kulon atau kula atau saya yang ada di dalam. Carilah tuhan yang kawitan pertama dan yang ada di dalam hati manusia. sik Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, di mana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja. Wayang inilah yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadat yang memperkenalkan nilai-nilai Islam. Perkembangan wayang pada dari abad 19 hingga abad ke 20 tidak lepas dari para Dalang yang terus mengembangkan seni tradisional ini. Salah satunya almarhum Ki H. Asep Sunandar Sunarya yang telah memberikan inovasi terhadap wayang agar bisa mengikuti perkembangan zaman dan dikenal dunia. Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia karena banyak pula negara lain yang memiliki pertunjukan boneka. Namun pertunjukan boneka Wayang di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Untuk itulah UNESCO memasukannya ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia pada tahun 2003. Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di Asia Selatan. Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang India. Namun, kegeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Ketika misionaris Katolik, Bruder Timotheus L. Wignyosubroto, FIC pada tahun 1960 dalam misinya menyebarkan agama Katolik, ia mengembangkan Wayang Wahyu, yang sumber ceritanya berasal dari Alkitab.
lukisan wayang di jawa timur pertama kali menggunakan media